KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam
cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda
Habibillah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama yang sempurnanya dengan bahasa yang sangat
indah.
Penulis
disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah yang berjudul “perkembangan bahasa Indonesia”
sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini kami
mencoba untuk menjelaskan tentang perkembangan bahasa Indonesia yang
kami mulai dari sumber bahasa Indonesia, proses pemberian nama bahasa
Indonesia, pertistiwa- peristiwa penting yang berkaian dengan bahasa
Indonesia serta mengapa bahasa melayu yang dipilih sebagai sumber bahasa
Indonesia.
Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah
ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami
butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami dilain waktu.
Samata, Nopember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
A. Sumber Bahasa Indonesia................................................................................ 4
B. Peresmian nama bahasa Indonesia................................................................. 10
C. Mengapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia.................... 12
D. Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan bahasa Indonesia.......... 12
BAB III PENUTUP........................................................................................... 16
A. Kesimpulan .................................................................................................. 16
B. Saran............................................................................................................. 16
Daftar Pustaka..................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa
adalah yang paling baik dalam menunjukkan identitas kultural suatu
bangsa. Dengan kata lain bahasa menunjukkan bangsa. Itu sebabnya penting
bagi bangsa Melanesia melestarikan sekitar 250 bahasa etnisnya dari
arus besar dominasi ‘bahasa Indonesia’. Sejauh mana dominasi itu? Apa
dampaknya? Bagaimana proses historisnya? Menjawab pertanyaan-pertanyaan
ini, penting sebagai upaya melestarikan identitas bangsa Melanesia, yang
selama ini ‘lebur’ dalam “NKRI” dan dalam banyak hal justru mengalami
Jawanisasi. Ini kontradiktif dengan gagasan Indonesia yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika. Bahasa Indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang dari
pada Republik ini sendiri. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai
bahasa nasional sejak tahun 1928, jauh sebelum Indonesia merdeka. Saat
itu bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan dan menggunakan
bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Saat itu bahasa Indonesia
menjadi bahasa pergaulan antar etnis (lingua franca) yang mampu
merekatkan suku-suku di Indonesia. Dalam perdagangan dan penyebaran
agama pun bahasa Indonesia mempunyai posisi yang penting. Deklarasi
Sumpah Pemuda membuat semangat menggunakan bahasa Indonesia semakin
menggelora. Bahasa Indonesia dianjurkan untuk dipakai sebagai bahasa
dalam pergaulan, juga bahasa sastra dan media cetak. Semangat
nasionalisme yang tinggi membuat perkembangan bahasa Indonesia sangat
pesat karena semua orang ingin menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa.
Maka dalam makalah ini kami mencoba untuk mensajikan pembahasan tentang
sumber bahasa Indonesia, peresmian nama bahasa Indonesia dan
peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan bahasa Indonesia.
Bahasa
juga merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada
orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya.
Seperti yang dikatakan oleh Gorys Keraf dan Abdul Chaer : Bahasa adalah
suatu sistem lambing berupa bunyi, bersifat abitrer, digunakan oleh
suatumasyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi dan untuk
mengidentifikasikan diri (1998:1).
Pentingnya
bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya
pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermayarakat
sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya
satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa
yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa
dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan
diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa
nyata dan terungkap. Sering manusia lupa akan misteri dan kekuatan
bahasa. Mereka lebih percaya pada pengetahuan dan pengalamannya. Padahal
semua itu masih mentah dan belum nyata, bila tidak dinyatakan dengan
bahasa.
Era
globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat,
terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa
Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar
dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris
sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung
memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam
persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi
dunia. Pada saat ini, bahasa yang harus kita kuasai adalah bahasa
Inggris, karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang
mempunyai peranan yang sangat penting dalam komunikasi antar negara.
Tak
dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah
jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan
Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahsa adalah
merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam mengenai Bahasa
Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya sampai saat
ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku dan
adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk
kita didalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin
menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa, khusunya bahasa
Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas sub masalah sesuai dengan latar belakang diatas yakni sebagai berikut:
1. Bahasa apa yang menjadi sumber bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana proses Peresmian nama bahasa Indonesia?
3. Mengapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia?
4. Peristiwa-peristiwa penting apakah yang berkaitan dengan bahasa Indonesia?
C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bahasa apa yang menjadi sumber bahasa Indonesia
2. Mengetahui proses Peresmian nama bahasa Indonesia
3.Mengetahui alasan bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia
4. Mengetahui peristiwa penting yang berkaitan dengan bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabangbahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Aksara
pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara
Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai
tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan
Sriwijaya yang menguasai
jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai
Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang
Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi
menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek
Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam.
Istilah
Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan
Hindu-Budha pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau
Sumatera, jadi secara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah
kerajaan tersebut yang merupakan sebagian dari wilayah pulau Sumatera.
Dalam perkembangannya pemakaian istilah Melayu mencakup wilayah
geografis yang lebih luas dari wilayah Kerajaan Malayu tersebut,
mencakup negeri-negeri di pulau Sumatera sehingga pulau tersebut disebut
juga Bumi Melayu seperti disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama.
Ibukota
Kerajaan Melayu semakin mundur ke pedalaman karena serangan Sriwijaya
dan masyarakatnya diaspora keluar Bumi Melayu, belakangan masyarakat
pendukungnya yang mundur ke pedalaman berasimilasi ke dalam masyarakat
Minangkabau menjadi klan Malayu (suku Melayu Minangkabau) yang merupakan
salah satu marga di Sumatera Barat. Sriwijaya berpengaruh luas hingga
ke Filipina membawa penyebaran Bahasa Melayu semakin meluas, tampak
dalam prasasti Keping Tembaga Laguna.
Bahasa
Melayu kuno yang berkembang di Bumi Melayu tersebut berlogat "o"
seperti Melayu Jambi, Minangkabau, Kerinci, Palembang dan Bengkulu.
Semenanjung Malaka dalam Nagarakretagama disebut Hujung Medini artinya
Semenanjung Medini.
Dalam
perkembangannya orang Melayu migrasi ke Semenanjung Malaysia (= Hujung
Medini) dan lebih banyak lagi pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan
Islam yang pusat mandalanya adalah Kesultanan Malaka, istilah Melayu
bergeser kepada Semenanjung Malaka (= Semenanjung Malaysia) yang
akhirnya disebut Semenanjung Melayu atau Tanah Melayu. Tetapi nyatalah
bahwa istilah Melayu itui berasal dari Indonesia. Bahasa Melayu yang
berkembang di sekitar daerah Semenanjung Malaka berlogat "e".
Kesultanan
Malaka dimusnahkan oleh Portugis tahun 1512 sehingga penduduknya
diaspora sampai ke kawasan timur kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu
Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai
bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau
Kalimantan. Suku Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu
kuno di Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan
Dayak Iban yang semuanya berlogat "a" seperti bahasa Melayu Baku.
Penduduk
asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu tersebut
adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam perkembangannya
istilah Melayu kemudian mengalami perluasan makna, sehingga muncul
istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan Nusantara.
Secara
sudut pandang historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang menjadi
nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai rumpun
Indo-Melayu terdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan
Deutero Melayu (Melayu Muda). Setelah mengalami kurun masa yang panjang
sampai dengan kedatangan dan perkembangannya agama Islam, suku Melayu
sebagai etnik mengalami penyempitan makna menjadi sebuah etnoreligius
(Muslim) yang sebenarnya didalamnya juga telah mengalami amalgamasi dari
beberapa unsur etnis.
M.
Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan menjelaskan
sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari
faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap
mengaku berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing,
Bugis, Keling dan lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada
beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku Orang Kampong - Puak
Melayu
Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Lima prasasti
kuna yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu
menggunakan bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, suatu bahasa Indo-Eropa
dari cabang Indo-Iran. Jangkauan penggunaan bahasa ini diketahui cukup
luas, karena ditemukan pula dokumen-dokumen dari abad berikutnya diPulau Jawa[10] dan Pulau Luzon.[11] Kata-kata seperti samudra, istri, raja, putra, kepala, kawin, dankaca masuk pada periode hingga abad ke-15 Masehi.
Pada
abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu Klasik
(classical Malay atau medieval Malay). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan Melaka, yang perkembangannya kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.[butuh rujukan] Laporan Portugis, misalnya olehTome Pires, menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh semua pedagang di wilayah Sumatera dan Jawa. Magellan
dilaporkan memiliki budak dari Nusantara yang menjadi juru bahasa di
wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam ragam sejarah ini adalah mulai
masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi,
sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad
ke-12. Kata-kata bahasa Arab seperti masjid, kalbu, kitab, kursi,
selamat, dan kertas, serta kata-kata Parsi seperti anggur, cambuk,
dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau masuk pada periode ini. Proses
penyerapan dari bahasa Arab terus berlangsung hingga sekarang.
Kedatangan
pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris
meningkatkan informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat pengguna bahasa
Melayu. Bahasa Portugis banyak memperkaya kata-kata untuk kebiasaan
Eropa dalam kehidupan sehari-hari, seperti gereja, sepatu, sabun, meja,
bola, bolu, dan jendela. Bahasa Belanda terutama banyak memberi
pengayaan di bidang administrasi, kegiatan resmi (misalnya dalam upacara
dan kemiliteran), dan teknologi hingga awal abad ke-20. Kata-kata
seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel adalah pinjaman dari
bahasa ini.
Bahasa
yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh penutur
bahasa Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di
bawah penjajahan Belanda. Sudah dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang
masuk biasanya berkaitan dengan perniagaan dan keperluan sehari-hari,
seperti pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke, dan cukong.
Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace pada abad ke-19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap sebagai bahasa yang paling penting di "dunia timur".[12]
Luasnya penggunaan bahasa Melayu ini melahirkan berbagai varian lokal
dan temporal. Bahasa perdagangan menggunakan bahasa Melayu di berbagai
pelabuhan Nusantara bercampur dengan bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses pidginisasi di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di Manado, Ambon, danKupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang dan Surabaya juga menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu Tionghoa di Batavia.
Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa pengantar bagi
beberapa surat kabar pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad ke-19).[13] Varian-varian lokal ini secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti bahasa.
Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji dari istana Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus
ekabahasa untuk bahasa Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa
bahasa ini adalah bahasa yang full-fledged, sama tinggi dengan
bahasa-bahasa internasional pada masa itu, karena memiliki kaidah dan
dokumentasi kata yang terdefinisi dengan jelas.
Hingga
akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok
bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar
yang kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas
pemakaiannya tetapi memiliki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai
lingua franca, tetapi kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau ketiga. Kata-kata pinjaman
Bahasa
Melayu mulai di pakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti
yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit
berangka tahun 683 M (Palembang), , Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang
Brahi Bangko, Merangi, Jambi berangka tahun 688 M (Jambi) Prasasti itu
bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna
itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah
(Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor
ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa
Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai
bahasa kebudayaan, yaitu bahasa yang digunakan di dalam buku pelajaran
agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan
antarsuku maupun sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa
antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang di gunakan terhadap
para pedagang asing.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina,
I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan
bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159),
Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun
(Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun
(Prentice, 1078:19), berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud
Koen-luen adalah bahasa perhubungan di Kepulauan Nusantara.
Perkembangan
dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan
kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada
batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil
Sastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat
Raja-Raja Pasai, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu
menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam
di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat
Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak
mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah
Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya.
Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam
pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta,
bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun
dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Bahasa
Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan
dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari
bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana
diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I
tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan 'Bahasa Indonesia'
jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari 'Melajoe
Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi
menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe
moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa
Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh
kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia". atau
sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan,
Sumatra Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju.
Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan
pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia". Sejarah tumbuh dan
berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari Bahasa Melayu. Dimana
Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai bahasa perantara
(lingua franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak hanya
digunakan di Kepulauan Nusantara, tetapi juga digunakan hampir diseluruh
Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Prasasti-prasasti
kuno dari kerajaan di indonesia yang ditulis dengan menggunakan Bahasa
Melayu.
Dan pasca saat itu Bahasa Melayu telah Berfungsi Sebagai :
1. Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan satra
2. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
3. Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan. Jadi jelaslah bahwa bahasa indonesia sumbernya adalah bahasa melayu.
B. Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Secara
sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari
bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama
atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa
Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Bahasa Melayu-Riau inilah yang
diangkat oleh para pemuda pada “Kongres Pemuda” 28 Oktober 1928, di
Solo, menjadi bahasa Indonesia. Pengangkatan dan penamaan bahasa
Melayu-Riau menjadi bahasa Indonesia oleh para pemuda saat itu lebih
“bersifat politis” daripada “bersifat linguistis”. Tujuannya ialah ingin
mempersatukan para pemuda Indonesia, alih-alih disebut bangsa
Indonesia. Ketika itu, yang mengikutinya adalah wakil-wakil pemuda
Indonesia dari Jawa, Sunda, Batak, Ambon, dan Selebes. Jadi secara
Linguistis yang dinamakan bahasa Indonesia saat itu sebenarnya bahsa
melayu.
Ciri-ciri
kebahasaannya tidak berbeda dengan bahasa melayu, Namun untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia , para pemuda pada
saat itu secara politis menyebutkan bahasa melayu menjadi bahasa
Indonesia. Nama bahasa indonesialah yang saat itu dianggap dapat
memancarkan inspirasi dan semangat nasionalisme, bukan bahasa melayu
yang berbau kedaerahan.
“Secara
Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui
pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. . Penggunaan bahasa Melayu
sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad Yamin, seorang
politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres
Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada
masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya,
hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu
bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang
lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan”. Hal
ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.”
Namun
secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945
atau setelah Kemerdekaan Indonesia. Ikrar yang di peringati setiap tahun
oleh bangsa Indonesia ini juga dapat memperlihatkan betapa pentingnya
bahasa bagi suatu bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak akan mungkin dapat
berkembang, bangsa tidak akan mungkin dapat menggambarkan dan
menunjukkan dirinya secara utuh dalam dunia pergaulan dengan bangsa
lain. Jadi bahasa menunjukkan identitas bangsa. Bahasa sebagai bagian
dari kebudayaan dapat menunjukkan tinggi rendahnya kebudayaan bangsa.
C. Mengapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia.
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
2.
Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa
melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3.
Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
D. Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Berkaitan Dengan Bahasa Indonesia
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :
1. Tahun 1801
Disusunlah
ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen yang dibantu oleh
Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini
dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2. Tahun 1908
Pemerintah
kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku- buku bacaan yang diberi
nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang
kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit
ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan,
buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang
tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat
luas. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan
majalah. Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap
perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan
sebagai berikut :
a. Memberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
b. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
c.
Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui
karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan
hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
d.
Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab
diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan
diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang
bersusun baik dan terpelihara.
3. Tanggal 16 Juni 1927
Jahja
Datoek Kayo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk
pertamakalinya dalam sidang Volksraad (dewan rakyat), seseorang
berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
4. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi pengokohan bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan.
5. Tahun 1933
Berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
6. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
7. Tanggal 25-28 Juni 1938
Dilangsungkannya
Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat
disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia
saat itu.
8. Tanggal 18 Agustus 1945
Ditandatanganinya
Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36)
menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
9. Tanggal 19 Maret 1947
Diresmikan penggunaan ejaan Republik (ejaan soewandi) sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
10.Tanggal 28 Oktober – 2 November 1954
Diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan
tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa
Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai
bahasa negara.
11.Tanggal 16 Agustus 1972 H.
M.
Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di
hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57
tahun 1972. 12.Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah
Indonesia (Wawasan Nusantara).
13.Tanggal 28 Oktober – 2 November 1978
Diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam
rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun
1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
14.Tanggal 21 – 26 November 1983
Diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan
dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam
putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga
negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
15.Tanggal 28 Oktober – 3 November 1988
Diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh
kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan
peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia,
Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani
dengan di persembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
16. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1993
Diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar
bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang,
Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres
mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan
statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya
Undang-Undang Bahasa Indonesia.
17.Tanggal 26-30 Oktober 1998
Diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu
mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa
18. Sarikat Islam
Sarekat
islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak
dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik jga.
Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif dengan
pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna mempergunakan bahasa
Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.
Sederetan
dari peristiwa diatas menunjukkan bahwa betapa gigihnya para tokoh
Indonesia dalam mendapatkan pengakuan dunia. Dengan adanya bahasa
Indonesia , kedudukan indonesiapun di mata dunia mendapat perhatian
tersendiri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas bisa disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1.
Sumber dari bahasa indonesia adalah bahasa melayu 2. Bahasa Indonesia
secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa persatuan pada tanggal
28 Oktober 1928. Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia di akui setelah
kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945. 3. Bahasa
Melayu di angkat menjadi bahasa indonesia karena bahasa melayu telah
digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di nusantara dan
bahasa melayu sangat sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki
tingkatan bahasa. 4. Begitu banyak hal yang berkaitan dengan bahasa
Indonesia yang menjadi dinamika perjalanan bahasa Indonesia sampai saat
ini.
B. SARAN
Bahasa
Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan terdahulu
memiliki banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi bahasa
pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai
generasi penerus mampu untuk membina, mempertahankan bahasa Indonesia
ini, agar tidak mengalami kemerosotan dan diperguna dengan baik oleh
pihak luar.
Sabtu, 27 Agustus 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar